Sikap Rasul dan Sahabat (Memahami Surah Al-Fath Ayat 29)

oleh

Kamrani Buseri

 

Memahami sikap Rasul dan sikap para sahabat beliau, tidak terlepas dari penghayatan kita terhadap sejarah perjuangan Rasul terutama dalam mendakwahkan Islam secara terang terangan di tengah-tengah masyarakat jahiliah yang sebelumnya secara sembunyi-sembunyi.

Serentak ada perintah untuk berdakwah secara terang-terangan, maka gangguan kaum kafir Quraisy juga semakin nampak. Orang-orang kafir Quraisy melakukan segala upaya demi terhentinya dakwah Rasul dan padamnya syiar Islam. Akan tetapi atas pertolongan Allah, syiar Islam semakin berkembang dan pemeluk Islam semakin banyak. Janji Allah tentang Islam dan syiar Islam termaktub dalam Alquran Surah at-Taubah: 32-33.

يُرِيدُونَ أَن يُطۡفِؤا نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَٰهِهِمۡ وَيَأۡبَى ٱللَّهُ إِلَّآ أَن يُتِمَّ نُورَهُۥ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡكَٰفِرُونَ   .هُوَ ٱلَّذِيٓ أَرۡسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلۡهُدَىٰ وَدِينِ ٱلۡحَقِّ لِيُظۡهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُشۡرِكُونَ

 

Tercatat beberapa tindakan keras waktu itu:

 Penghinaan, ancaman dan siksaan secara fisik.

Orang-orang kafir Quraisy Makkah menghina Nabi Muhammad dan menyebut beliau sebagai orang gila, tukang sihir, si anak celaka dsb. Abu Jahal melemparkan kotoran unta di atas tubuh Rasulullah yang sedang bersujud dalam shalat beliau di Masjidil Haram. Sedangkan dalam kesempatan yang lain, Abu Jahal membuat jebakan lubang yang sangat dalam di depan rumah Rasulullah, namun jebakan tersebut justru mengenai Abu Jahal sendiri. Dan yang lebih gila lagi ialah keinginan orang-orang kafir Quraisy untuk membunuh Rasulullah SAW.

Penghinaan, ancaman dan siksaan terhadap para pengikut Rasulullah SAW

Gagal  membunuh karakter Rasulullah SAW dengan fitnah, dan gagal menghentikan dakwah beliau, mereka mengalihkan gangguan kepada para pengikut beliau yang berasal dari kalangan budak dan lemah. Agar para pengikut Rasulullah tersebut mau kembali ke barisan kaum kafir dan menyembah berhala. Namun, “mimpi” mereka hanya berisi pepesan kosong belaka.

Diantara para sahabat yang disiksa ialah Bilal bin Rabah yang disiksa dengan ditelentangkan di padang pasir saat siang hari dan dadanya ditindih dengan batu besar.  Khabab bin Al-Arat sekujur tubuhnya ditempeli besi panas. Bahkan Yasir dan istrinya, Sumayyah menjadi syuhada pertama dalam Islam

Tawaran harta, tahta dan wanita

Utbah bin Rabi’ah diutus menemui Rasulullah menawarkan harta sebanyak apapun yang beliau mau lalu menawari menjadi pemimpin Mekkah dan juga menawarkan wanita-wanita tercantik di seluruh Arab agar menghentikan dakwah beliau. Semua tawaran tersebut ditolak oleh Rasulullah SAW, karena beliau diutus ke dunia bukanlah untuk mengejar harta, tahta dan wanita.

Membujuk Nabi SAW untuk saling bertukar sesembahan

Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas terkait asbabun nuzul Surat Al Kafirun, bahwa Walid bin Mughirah, Ash bin Wail, Aswad bin Abdul Muthalib dan Umayyah bin Khalaf menemui Rasulullah SAW. Mereka mengatakan, “Wahai Muhammad, marilah kami menyembah Tuhan yang kamu sembah dan kamu menyembah Tuhan yang kami sembah. Kita bersama-sama ikut serta dalam perkara ini. Jika ternyata agamamu lebih baik dari agama kami, kami telah ikut serta dan mengambil keuntungan kami dalam agamamu. Jika ternyata agama kami lebih baik dari agamamu, kamu telah ikut serta dan mengambil keuntunganmu dalam agama kami.”

Penawaran bodoh dan konyol serta mereka tak mengetahui hakikat ajaran Islam yang sangat menentang setiap ajaran yang mempersekutukan Allah, maka Allah pun menurunkan Surat Al Kafirun sebagai jawaban tegas bahwa Rasulullah berlepas diri dari agama mereka.

Membujuk dan memprovokasi Abu Thalib

Orang Quraisy mendekati Abu Thalib yang merupakan paman sekaligus pelindung Nabi Muhammad dalam berdakwah. Mereka berharap Abu Thalib, yakni orang yang sangat disegani dan dicintai Rasulullah mau mendukung mereka dalam menghentikan dakwah Nabi Muhammad SAW. Orang-orang kafir Quraisy membawa seorang pemuda yang gagah dan ganteng untuk ditukarkan dengan Rasulullah. Hal tersebut sangat menyinggung perasaan Abu Thalib dan menolak tawaran itu.

Menghasut Masyarakat Mekkah

Orang kafir Quraisy berusaha menghalangi orang-orang Mekkah yang ingin mendengarkan dakwah Nabi SAW, bahkan mengancam membunuh mereka. Namun hal itu tak menyurutkan keinginan masyarakat untuk mendengar dakwah Nabi SAW walau dengan sembunyi-sembunyi.

Mengasingkan dan memboikot Bani Hasyim dan Bani Muthallib

Saat mengalami kebuntuan dalam menghentikan dakwah Nabi SAW dengan ancaman, mereka mulai melakukan pengasingan dan pemboikotan. Mereka bersepakat membuat surat pengumuman yang ditempel di Ka’bah yang berisi tentang larangan untuk melakukan jual-beli, pernikahan dan tolong menolong dengan Nabi Muhammad, keluarga serta para pengikut beliau.      Diriwayatkan, yang menulis penyataan itu ialah Manshûr bin ‘Ikrimah yang didoakan Rasulullah saw. agar celaka sehingga sebagian jemarinya lumpuh. Ada juga yang mengatakan bahwa penulisnya ialah Nadhr bin Hârits, ada yang mengatakan Thalhah bin Abu Thalhah, dan ada pula yang mengatakan Bagiid bin ‘Amir bin Hasyim bin Abdud-Daar.

Pemboikotan ini berlangsung selama 3 tahun dan berakhir dengan robeknya surat pengumuman itu karena di makan rayap kecuali tulisan yang terdapat lafazh nama Allah Azza wa Jalla. Dampak dari pemboikotan ini ialah kelaparan yang sangat dialami oleh kaum muslim. Bahkan tak lama setelah pemboikotan dan pengasingan dicabut, Khadijah istri Nabi SAW dan Abu Thalib paman Nabi SAW wafat karena selain usia yang telah tua, juga beratnya beban yang ditanggung saat pemboikotan.

Mempengaruhi pemimpin negara-negara tetangga untuk menolak Islam dan kaum muslimin

Saat Mekkah dirasa sudah tak aman bagi kaum muslimin, maka sebagian kaum muslimin yang dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib saudara Ali bin Abu Thalib melakukan perjalanan hijrah ke Negeri Habasyah yang saat itu dipimpin oleh Raja Negus/Najasyi yang beragama Nasrani. Di negeri Habasyah kaum muslimin mendapatkan ketenangan dan perlindungan dari raja yang adil tersebut. Kaum kafir Quraisy merasa sangat marah atas perhatian yang diberikan kepada kaum muslimin. Mereka segera mengutus Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabiah ke Habasyah untuk menjemput kaum muslimin pulang ke Makkah dan kembali mendapatkan siksaan dari kaum kafir Quraisy.

Raja Najasyi dihasut dengan berbagai fitnah, namun karena Raja Najasyi selain adil dan bijaksana, beliau juga sangat alim sehingga segala fitnah yang dilancarkan Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabiah tak membuat Raja Najasyi terpengaruh dan tetap memberi perlindungan kepada kaum muslim selama yang kaum muslim inginkan[1].

Itulah beberapa tantangan, rintangan dan sikap keras dan perilaku jahat kafir quraisy Mekkah, bahkan juga diceriterakan saat menjelang hijrah, rumah Rasul dikepung oleh 70 orang  pemuda yang mewakili berbagai kabilah Quraisy yang ditugasi membunuh Rasul, akan tetapi Rasul bisa selamat bersama Abu Bakar Shididiq keluar dan bersembunyi di gua Tsur untuk selanjutnya hijrah dari Mekkah menuju Medinah melalui jalan tikus.

MUNCULNYA BANTUAN AUS DAN HAJRAZ

Menjelang beliau hijrah yakni sekitar tahun ke 11 kenabian setiap musim haji beliau selalu mendakwahi mereka yang datang terutama bani Aus dan Hajraj yang datang dari Medinah. Tahun ke 12 kenabian datang sekitar 12 orang dari mereka dan mengangkat baiat yg dikenal dengan bait aqabah I, kemudian tahun ke 13 kenabian ada sekitar 73 orang mengangkat baiat akabah II.

Isi perjanjian Aqabah I antara lain:

Mereka menyatakan tidak akan menyekutukan Allah SWT.

Mereka menyatakan setia kepada Nabi Muhammad SAW.

Mereka menyatakan tidak akan melakukan perbuatan zina.

Mereka menyatakan tidak akan membunuh anak-anak.

Mereka menyatakan untuk tidak berbuat kebohongan dan kecurangan.

Mereka menyatakan tidak akan mencuri.

Mereka menyatakan rela berkorban harta dan jiwa.

Mereka bersedia ikut menyebarkan ajaran Islam yang dianutnya.

Adapun isi baiat aqabah II:

Taat kepada Allah dalam keadaan sibuk maupun waktu senggang.

Berinfak pada waktu kaya maupun miskin.

Selalu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

Berjuang di jalan Allah dengan tegar dan siap menghadapi celaan dari siapapun.

Menolong Rasulullah SAW bila beliau datang kepada mereka dan melindungi Rasulullah sebagaimana mereka melindungi diri, istri, dan anak-anak mereka.

Jika mereka tepati, surgalah balasan bagi mereka.

Perjanjian Aqabah II tersebut ditutup dengan sabda Nabi SAW yang artinya, “Dan supaya kamu sekalian menolongku, lalu kamu menjaga diriku bilamana aku datang dan pindah kepadamu; sebagaimana kamu menjaga dirimu, perempuan-perempuan kamu, dan anak-anakmu; serta bagi kamu surgalah balasannya dari Allah SWT.”

Belakangan saat Rasul sudah berada di Medinah, para perempuan juga melakukan baiat kepada Nabi (Q.S. Al-Mumtahanah: 12).

Baiat para sahabat yang berisi janji setia, ikhlas berkorban baik harta maupun tenaga dan membantu perjuangan Rasul menegakkan agama Allah  terus membangkitkan tenaga yang terus membesar hingga saat diizinkannya  oleh Allah untuk melakukan peperangan.

IZIN BERPERANG DAN FUTUH MEKKAH   

Sejalan dengan itu  turun ayat tentang dibolehkannya Rasul memerangi kaum kafir yang berbuat jahat, makar terhadap beliau dan umat Islam.

أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَٰتَلُونَ بِأَنَّهُمۡ ظُلِمُواْۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ نَصۡرِهِمۡ لَقَدِيرٌ   . ٱلَّذِينَ أُخۡرِجُواْ مِن دِيَٰرِهِم بِغَيۡرِ حَقٍّ إِلَّآ أَن يَقُولُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُۗ …

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”… (Q.S. Al-Hajj: 39-40)

Izin berperang ini setelah Rasul hijrah di Medinah dan selama lebih kurang 10 tahun terjadi 27 kali peperangan baik yang kecil maupun besar.

Beberapa peperangan Rasul dapat dijelaskan, antara lain[2]:

  1. Perang Badar I, Tahun ke 2 H, karena Tindakan Kirz bin Jabir al-Fahri yang menyerang pternakan penduduk Medinah. Nabi memimpoin 70 orang sahabat menghadapi penyerang tetapi sampai di daerah Safwan Nabi tidak menemui mereka.
  2. Perang Badar II ini adalah perang yang sangat masyhur. Karena begitu akrabnya pembaca sejarah Islam dengan peristiwa ini sampai-sampai perang ini dianggap sebagai aktivitas militer pertama yang dilakukan Oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Perang ini terjadi parabulan ramadhan tahun 2 H. Rasulullahhallahu ‘alaihi wa Salam memimpin 313 orang kaum muslimin menghadapi 1000 orang-orang Mekah dibawah pimpinan Abu Jahal. Dalam perang ini  22 orang sahabat Nabi gugur sebagai syuhada. Di pihak musyrikin Mekah 70 orang tewas dan 70 lainnya terluka. Perang ini pun dimenangkan oleh kaum muslimin.
  3. Perang Bani Sulaim. Perang ini terjadi padabulan Dzul Hijjah tahun 2 H. Tidak sampai 7 hari setelah tiba di Madinah dari Perang Badar Rasulullah berangkat Menuju Bani Sulaim dengan Membawa 200 orang pasukan. Keberangkatan Rasulullah ini dikarenakan Bani Ghathafan dan Bani Sulaim yang bersekutu memerangi Madinah.
  4. Perang as-Suwaiq terjadi pada bulan Dzul Hijjah tahun 2 H. Rasulullah memimpin 200 orang sahabatnya menghadapi 200 orang musyrikin yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb. Perang ini dilatarbelakangi kemarahan orang-orang Mekkah karena kekalahan mereka di Badar.
  5. Perang Anmar.Terjadi pada bulan RabiulAwal tahun 3 H. Rasul memimpin 450 orang sahabatnya menghadapi orang-orang Ghathafan dari Bani Tsa’labah bin Muharib yang hendak menyerang Madinah. Dalam perjalanan Rasulullah mengejar orang-orang Ghathafan. Beliau kehujanan lalu melepas pakaiannya dan menjemurnya. Saat Beliau sedang duduk istirahat datanglah Du’tsur bin al-Harits mengacungkan pedang ke kepala Rasulullah. Ia berkata “Siapa yang akan menghalangimu dariku sekarang؟” Maksudnya ، siapa yang akan menolongmu dari pedangku. Rasul menjawab “Allah”. Lalu ia Pun tergetar dan jatuhlah pedang dari tangannya. Rasul menanya, siapa yang menolongmu, Ia menjawab  “Tidak ada seorang pun.” Kemudian ia mengucapkan dua kalimat syahadat. Peristiwa ini pun berakhir tanpa kontak senjata.
  6. Perang Uhud terjadi pada bulan Syawal tahun 3 H. Rasulullah memimpin 650 pasukan infantri dan 200 pasukan dengan kendaraan (onta، kuda، atau hewan tunggangan lainnya) menghadapi 3000 orang musyrik.

Pada catatan sejarah lain, ada lagi peperangan besar yang terjadi:

  1. Perang Dumatul Jandal dengan 1.000 pejuang.
  2. Perang Bani Muthaliq dengan 700 infantri dan 30 berkuda.
  3. Perang Khandak/Ahzab dengan 3.000 pejuang melawan 10.000 kafir Quraisy gabungan dengan Yahudi.
  4. Perang Bani Quraizhah.
  5. Perang Bani Lihyan dengan 200 pejuang.
  6. Perang Bani Dzi Qard atau al-Ghabah dengan 500 pejuang.
  7. Perang Hudaibiyah 6 h, dengan 1.400 orang pejuang dengan berakhir adanya perjanjian damai Hudaibiyah.
  8. Perang Khaibar 7 h, 1.400 infntri dan 20 pasukan berkendara menghadapi 1.0000 Yahudi Khaibar.
  9. Perang Wadi al-Qura 7 h, dengan 1.382 pejuang dimenangkan oleh muslimin.
  10. Perang Dzatu ar-Riqaq, 7 h. dengan 400 orang pejuang.
  11. Penaklukan Kota Mekkah, 8 h, Rasul memimpin 10.000 pejuang untuk menyerang Mekkah yang telah membatalkan perjanjian Hudaibiyah, dengan menyerahnya orang Mekkah dan Rasul kembali menginjakkan kaki beliau ke tanah kelahiran beliau setelah 8 tahun.
  12. Perang Hunain 8 h, dengan 12.000 pejuang.
  13. Perang Thaif 8 h, dengan 12.000 pejuang.
  14. Perang Tabuk 9 h[3]

 

SIKAP RASULULLAH DAN PARA SAHABAT

Itulah gambaran sejarah perjuangan Rasulullah dan perjuangan Rasulullah bersama sahabat beliau. Saat di Mekkah beliau dan sahabat yang jumlahnya masih kecil mendapatkan tekanan fisik, jiwa, maupun harta dengan beikot dan ancaman pembunuhan, dan saat di Medinah perjuangan beliau dengan para sahabat yang jumlah lumayan dan semakin membesar diliputi oleh peperangan demi peperangan. Selama tahun 1 hingga 9 h menjelang berpulangnya Rasul tahun ke 10 h. dipenuhi dengan peperangan baik besar maupun kecil.

Situasi seperti itulah yang menjadikan beliau bersama sahabat sangat keras terhadap orang kafir yang memusuhi beliau di sisi lain terbina hubungan kasih sayang dan persaudaraan yang mendalam di kalangan sesama orang mukmin dan muslim.

Ulasan mengenai sikap Rasul dan sahabat tersebut digambarkan pada Q.S. Al-Fath 29.

Dalam kitab Sullamul waizhin wa Bugyah al-Muttaizhin digambarkan an:

وقال في روح المعاني : روى عن الحسن : قد بلغ من تشددهم على الكافرين أنهم كانوا يتحرزون من ثيابهم أن تلزق بثيابهم ، ومن أبدانهم أن تمس أبدانهم ، و بلغ من تراحمهم فيما بينهم أنه كان لا يرى مؤمن مؤمنا إلا صافحه وعانقه . والمصافحة لم يختلف فيها الفقهاء ، روى الترمذي : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال « ما من مسلمين يلتقيان فيتصافحان إلا غفر لها قبل أن يتفرقا » . وفى الأذكار : أنها مستحبة عند كل لقاء ، وأما ما اعتاده الناس بعد صلاة الصبح والعصر فلا أصل له » ولكن لا بأس به ، فإن أصل المصافحة سنة ، وكونهم محافظين عليها في بعض الأوقات ، ومفرطين في كثير منها ، لا يخرج ذلك البعض من كونه من المصافحة التي ورد الشرع بأصلها ، فينبغي التاءسي بهم رضوان الله عليهم في التشدد على أعداء الدين ، والرحمة والشفقة على المؤمنين ، وقد أخرج ابن أبي شيبة ، وأبو داود ، عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما : من لم يرحم صغيرنا و يعرف حق كبيرنا فليس منا .

Jelas bahwa di awal kemenangan Islam terhadap kaum kafir (penyembah berhala, Yahudi dan Nasrani) bersikap sangat keras dan berhati-hati sampai-sampai menjaga baju jangan bersinggungan dengan baju orang kafir, badan jangan bersentuhan dengan badan orang kafir. Ini dapat difahami karena baru saja para sahabat menerima cacian, makian, perlakuan tidak adil, pembeikotan, pembunuhan dsb sehingga sepertinya bahwa orang kafir adalah kotor yang tidak boleh disentuh.

Bandingkan dengan para ulama kita di Indonesia saat perjuangan kemerdekaan dengan mengharamkan memakai kacapio (topi pet yang dipakai para penjajah) juga memakai dasi karena itu adalah pakaian orang barat para penjajah.

Pada aspek kasih sayang digambarkan bahwa antara seorang sahabat dengan sahabat waktu awal kemenangan itu selalu berjabat tangan dan berpelukan. Ini juga agak berlebihan karena yang masyhur ajaran Rasul sendiri adalah berjabat tangan bukan berjabat tangan dan berpelukan. Memang para sahabat ada yang menyatakan bahwa berpelukan hanyalah bila ketemu sahabat yang lama berpisah. Ini juga bisa difahami karena saat itu persudaraan, kesatuan dan persatuan kaum muslim sudah disatukan oleh Rasul bagaikan satu tubuh dan persaudaraan yang didasari hanya semata mencari redha Allah SWT.

Tentang ketaatan beribadah digambarkan:

وقوله ( تراهم ركعا سجدا ] خبر آخر للذين و( يبتغون ] حال كما أن ركعا سجدا كذلك ، [ فضلا من الله ورضواناً ] هذا مبنى على سؤال نشأ من بيان مواظبتهم على الركوع والسجود كأنه قيل ماذا يريدون بذلك ؟ فقيل : يبتغون فضلا أى ثوابا من الله ورضوانا . قال الخازن : فيه لطيفة ، وهي أن المخلص بعمله لله   يطلب أجره من الله ، والمرائى بعمله لا يبتغى له أجرا [ سيماهم في وجوههم من أثر السجود ] في روح المعاني : المراد بالسيما ، نور يظهر وجوه العابدين ، يبدو من باطنهم على ظاهرهم ، يتبين ذلك للمؤمنين ولو كان في زنجي أو حبشي . ونقل النسفى عن عطاء : استنارت وجوههم من طول ما صلوا بالليل ، لقوله عليه الصلاة والسلام: من كثر صلاته بالليل حسن وجهه بالنهار ، . وقيل – كما في الخازن – : إن ذلك في يوم القيامة هي نور و بياض في وجوههم يعرفون به يوم القيامة أنهم سجدوا لله في الدنيا ، وهي رواية عن ابن عباس ، …

فإن مدحهم السابق بما ينال على الاستمرار التجددي كقوله تعالى : « تراهم ركعا سجدا ، ووصفهم ما يدل على الدوام والثبات …

Diingatkan bahwa bilamana menginginkan kedudukan seperti para sahabat Rasul di awal periode Islam, hendaknya:

فإن كنت ترجو الاندراج في سلكهم ، والمشاركة معهم يوم القيامة في ملكهم، فعليك بالاقتداء بهم ، والاقتفاء على أثرهم ، فإن المؤمنين كمثل الجسد الواحد، والمؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا ، وقد قال صلى الله عليه وسلم كما في الصحيح « لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه ، ويكره لأخيه ما يكره لنفسه) وقد قال الله تعالى في الحديث القدسي : « وجبت محبتي للمتحابين في ، والمتجالسين في ، والمتباذلين في » . عن عمر رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم « إن من عباد الله لأناسا ما هم بأنبياء ، ولا شهداء ، يغبطهم الأنبياء والشهداء يوم القيامة بمكانهم من الله ، قالوا : يا رسول الله تخبرنا من هم ؟ قال : هم قوم “تحابوا بروح الله على غير أرحام بينهم ولا أموال يتعاطونها ، فوالله إن وجوههم لنور ، وإنهم لعلى نور لا يخافون إذا خاف الناس ، ولا يحزنون إذا حزن الناس ، وقراء هذه الآية : « ألا إن أولياء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون »، ومعنى بروح الله أي بالقرآن ، ، سبب حياة القلب …

وروى مسلم عن أبي هريرة عنه صلى الله عليه وسلم : « إن رجلا زار أخا له في قرية أخرى ، فأرصد الله على مدرجته ملكا ، فلما أتى عليه قال : أين تريد ؟ قال : أريد أخا لي في هذه القرية ، قال : هل لك عليه من نعمة تربها ؟ – أي تقوم بإصلاحها – قال لا ، غير أنى أحبه في الله . قال : فإني رسول الله إليك ، إن الله قد أحبك كما أحببته »

عن على رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « رحم الله أبا بكر زوجنى ابنته ، وحملني إلى دار الهجرة ، وصحبني في الغار، وأعتق بلالا . رحم الله عمر ، يقول الحق ، إن كان مرا ، تركه الحق وما له من صديق، رحم الله عثمان تستحي منه الملائكة ، رحم الله عليا ، اللهم أدير الحق معه حيث دار » . أخرجه الترمذي وقال : حديث غريب .

عن أنس قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أرحم أمتي أمتى أبو بكر وأشدهم في أمر الله عمر ، وأشدهم حياء عثمان ، وأقضاهم على” ، وأعلمهم بالحلال  والحرام معاذ بن جبل ، وأفرضهم زيد بن ثابت ، وأقرؤهم أبي بن كعب ، ولكل قوم أمين ، وأمين هذه الأمة أبو عبيدة بن الجراح ، وما أظلت الخضراء ، ولا أقلت الغبراء ، أصدق لهجة من أبي ذر ، أشبه عيسى في ورعه . قال عمر : فنعرف له ذلك : يا رسول الله ؟ قال : نعم » أخرجه الترمذي .

PEMUNGKAS

Inilah gambaran munculnya sikap keras terhadap kaum kafir dan sikap berkasih sayang di awal  kemenangan Islam yang cenderung berlebihan yang  harus kita fahami melalui pemahaman kesejarahan.

Kedua sikap tersebut tentu disesuaikan dengan tuntunan Rasul di belakang hari yang memunculkan kesadaran bahwa sikap keras bukan terhadap personal pisik seorang manusia (kafir) tetapi lebih kepada perilaku mereka. Bagitupula berkasih sayang dalam kontak fisik melalui berpelukan disesuaikan pula sehingga berkasih sayang dalam aspek kejiwaan lebih ditekankan oleh ajaran agama kita, yakni saling memberikan motivasi, saling membantu mengatasi kondisi lemah dan kemiskinan.

Meneladani sikap Rasul dan para sahabat beliau hendaknya melalui pencernaan atsar/kehidupan dan kesejarahan yang membentuknya, sehingga kita semua yang hidup saat ini bisa memperoleh derajat sebagaimana para sahabat pejuang dengan ketenteraman di sorganya Allah.

 

[1]Lihat: Tantangan Dan Rintangan Dakwah Nabi Saw Di Makkah Tagur Ke-58 (Gurusiana.Id), download 7 Okt 2022.

[2]0736-51129 / 082175260282 [email protected], (di download 7 Oktober 2022).

 [3]Laras Setiani, Ketahuilah ini 27 Perang yang Terjadi pada Zaman Rasulullah SAW (2-habis), Tsaqofah. https://www.islampos.com. (didownload  7 Oktober 2022).

About Administrator Website

Check Also

Jujurlah dan Jangan Berdusta

Oleh Dr. Hairul Hudaya, M.Ag Teks Hadis عَنْ أَبِى وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ – رضى …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *